Anggotakelompok Hindu garis keras yang terkait dengan partai Modi percaya bahwa penjajah Islam menghancurkan kuil-kuil Hindu selama 200 tahun kekuasaan mereka. Surveyor yang terlibat dalam kasus Varanasi mengatakan mereka menemukan peninggalan arca dewa Hindu Siwa di dalam masjid Gyanvapi, tetapi kelompok Muslim mengatakan bahwa
Jawaban(1 dari 2): Dewa Brahma, Dewa Wisnu, Dewa Shiwa adalah setara. Ketiganya adalah manifestasi dari Brahman (Tuhan yang tidak berwujud dan tak dapat diindrakan). Dalam Sekte Waisnawa, Mahawisnu dianggap sebagai Parambrahman. Jadi, dalam sekte tersebut Dewa Wisnu atau Narayana adalah yang te
Hindudan Islam masing-masing adalah agama ketiga dan kedua paling populer di dunia. Mereka berbeda dalam banyak hal - termasuk penyembahan berhala, tauhid dan sejarah mereka. Islam adalah agama Ibrahim monoteistik, yang didirikan oleh Nabi Muhammad di Timur Tengah pada abad ke-7 Masehi.Hindu di sisi lain adalah tradisi agama yang berasal dari anak benua India di
dewa(Siwa, Wisnhu dan Brahma). Dewa-dewa tersebut digambarkan mempunyai sifat dan tingkah laku seperti manusia dan lebih dikonkretka dalam wujud patung. Di samping pemujaan patung-patung dewa, sifat khusus Dalam Islam, dikenal adanya tuhan dengan sebutan "Allah" sebagai Sang Pencipta dan Yang Maha Tunggal. Dalam menurunkan wahyu-
Varanasi India, MINA – Pengadilan Varanasi, Negara Bagian Uttar Pradesh, India, mengeluarkan perintah untuk segera menyegel tempat lingga, patung pemujaan Dewa Siwa, ditemukan dalam survei video di Masjid Gyanvapi.
perbedaan zaman praaksara dengan zaman sejarah terletak pada.
Apa itu Dewa Syiwa? Dewa Syiwa adalah kata yang memiliki artinya, silahkan ke tabel berikut untuk penjelasan apa arti makna dan maksudnya. Pengertian Dewa Syiwa adalah Subjek Definisi Sejarah ? Dewa Syiwa Dewa yang merusak alam semesta Definisi ? semoga dapat membantu walau kurangnya jawaban pengertian lengkap untuk menyatakan artinya. pada postingan di atas pengertian dari kata “Dewa Syiwa” berasal dari beberapa sumber, bahasa, dan website di internet yang dapat anda lihat di bagian menu sumber. Istilah Umum Istilah pada bidang apa makna yang terkandung arti kata Dewa Syiwa artinya apaan sih? apa maksud perkataan Dewa Syiwa apa terjemahan dalam bahasa Indonesia
Siapakah Dewa Wisnu Menurut Islam – Islam mengakui bahwa dewa Wisnu merupakan salah satu dari tiga dewa Hindu yang berperan penting dalam alam semesta. Menurut Islam, dewa Wisnu adalah seorang dewa yang memiliki kekuasaan tertinggi dan menaungi seluruh alam semesta. Ia bertanggung jawab atas kelancaran dan pemeliharaan alam semesta. Di dalam al-Quran, ia disebut sebagai Dewa Pencipta dan Pemelihara Alam. Dalam kitab suci Hindu, dewa Wisnu banyak digambarkan sebagai dewa yang memiliki kemampuan luar biasa dan memiliki kekuasaan tertinggi. Ia juga merupakan dewa yang bertanggung jawab atas hidup dan mati di alam semesta. Ia dikenal sebagai dewa yang dapat menciptakan dan memelihara alam semesta dengan kasih sayang dan keadilan. Dewa Wisnu juga memiliki kemampuan untuk menghidupkan kembali dan menghidupkan orang yang telah mati. Ia juga bertanggung jawab atas pemeliharaan keseimbangan di alam semesta. Ia dianggap sebagai pelindung alam semesta dan memiliki kemampuan untuk mengatasi masalah yang berhubungan dengan alam semesta. Dewa Wisnu juga memiliki kemampuan untuk mengambil bentuk lain. Ia dikenal sebagai dewa yang dapat bermetamorfosis menjadi berbagai bentuk yang diperlukan. Ia bertanggung jawab atas semua bentuk kehidupan, baik yang masih hidup maupun yang sudah mati. Dewa Wisnu juga memiliki kemampuan untuk menyelamatkan umat manusia dari bahaya. Ia juga dapat membantu manusia dalam menjalani kehidupan yang sehat, bahagia, dan berdasarkan ajaran agama. Dewa Wisnu dianggap sebagai ketenangan dan kekuasaan yang sentral dalam alam semesta. Penjelasan Lengkap Siapakah Dewa Wisnu Menurut Islam1. Islam mengakui bahwa dewa Wisnu merupakan salah satu dari tiga dewa Hindu yang berperan penting dalam alam semesta. 2. Dewa Wisnu memiliki kekuasaan tertinggi dan menaungi seluruh alam semesta. 3. Ia bertanggung jawab atas kelancaran dan pemeliharaan alam semesta. 4. Di dalam al-Quran, ia disebut sebagai Dewa Pencipta dan Pemelihara Dewa Wisnu memiliki kemampuan luar biasa dan memiliki kekuasaan tertinggi. 6. Ia juga bertanggung jawab atas hidup dan mati di alam Dewa Wisnu juga memiliki kemampuan untuk menghidupkan kembali dan menghidupkan orang yang telah Ia juga bertanggung jawab atas pemeliharaan keseimbangan di alam Dewa Wisnu juga memiliki kemampuan untuk mengambil bentuk lain. 10. Ia bertanggung jawab atas semua bentuk kehidupan, baik yang masih hidup maupun yang sudah Dewa Wisnu juga memiliki kemampuan untuk menyelamatkan umat manusia dari Ia juga dapat membantu manusia dalam menjalani kehidupan yang sehat, bahagia, dan berdasarkan ajaran Dewa Wisnu dianggap sebagai ketenangan dan kekuasaan yang sentral dalam alam semesta. Penjelasan Lengkap Siapakah Dewa Wisnu Menurut Islam 1. Islam mengakui bahwa dewa Wisnu merupakan salah satu dari tiga dewa Hindu yang berperan penting dalam alam semesta. Islam mengakui bahwa dewa Wisnu merupakan salah satu dari tiga dewa Hindu yang berperan penting dalam alam semesta. Menurut Islam, dewa Wisnu merupakan dewa penjaga, yang bertanggung jawab untuk melestarikan alam semesta dan menjaga ketertiban di dalamnya. Dewa Wisnu diyakini memiliki banyak wujud dan berbagai kemampuan. Beberapa di antaranya adalah kemampuan untuk menciptakan dan mendistribusikan air hujan, menciptakan dan mendistribusikan berkah, serta menjaga dan memelihara semua makhluk hidup. Dalam literatur Hindu, Wisnu diyakini sebagai Dewa yang mengatur seluruh alam semesta. Dia juga dianggap sebagai dewa yang menghormati dan mengasihi semua makhluk hidup. Dipercaya bahwa semua berkah yang diterima oleh manusia dikirimkan oleh Wisnu. Dalam Islam, Wisnu dianggap sebagai duta dari Tuhan dan diyakini sebagai penguasa alam semesta. Menurut Islam, Wisnu adalah pahlawan yang membela kebenaran dan melawan kejahatan. Diyakini bahwa Wisnu mampu menyelamatkan alam semesta dari kejahatan dan menciptakan kedamaian. Menurut Islam, Wisnu juga dianggap sebagai dewa yang mengatur semua makhluk hidup di alam semesta. Dia diyakini dapat menciptakan keseimbangan di antara kebaikan dan keburukan dan membantu manusia untuk mendapatkan ketenangan dan kebahagiaan. Secara keseluruhan, Islam menganggap Wisnu sebagai dewa yang berperan penting dalam memelihara alam semesta dan menciptakan keseimbangan antara kebaikan dan keburukan di alam semesta. Islam mengakui bahwa Wisnu memiliki banyak wujud dan kemampuan untuk menciptakan dan mendistribusikan berkah dan membantu manusia untuk mendapatkan kebahagiaan. 2. Dewa Wisnu memiliki kekuasaan tertinggi dan menaungi seluruh alam semesta. Dewa Wisnu dalam Islam adalah salah satu dari tiga dewa yang diwakili dalam agama Hindu-Buddha, yang juga disebut Trimurti Tiga Murti. Dewa Wisnu adalah dewa yang mengendalikan aspek kehidupan manusia dan alam yang berkaitan dengan keselamatan dan kelangsungan hidup. Dalam pandangan Hindu-Buddha, Dewa Wisnu adalah dewa yang paling berpengaruh dan memiliki kekuasaan tertinggi. Ia menaungi seluruh alam semesta, baik alam fisik maupun alam rohani. Dalam pandangan Islam, Wisnu mewakili aspek keselamatan dan kelangsungan hidup yang mendasar. Ia berperan dalam melindungi dan menjaga seluruh alam semesta, menghidupkan semangat kehidupan dan menjalankan tugasnya sebagai dewa. Ia juga menjaga keseimbangan alam semesta dan menjaga agar semua kehidupan berjalan dengan baik. Ia menjaga semua aspek kehidupan, termasuk kebijakan politik, hukum, dan agama. Selain itu, Dewa Wisnu juga dianggap sebagai dewa yang mengatur dan mengatur kehidupan manusia dalam segala hal. Ia memimpin semua makhluk hidup dan menjaga keseimbangan antara kebaikan dan kejahatan di dalam alam semesta. Ia juga dianggap sebagai sumber inspirasi dan pencerahan, dan berperan dalam menjaga agar semua makhluk hidup hidup harmonis dan sejahtera. Oleh karena itu, Dewa Wisnu sangat berharga dalam pandangan Hindu-Buddha, dan juga dalam pandangan Islam. Ia dianggap sebagai dewa yang memberikan keselamatan dan kelangsungan hidup, memimpin semua makhluk hidup, dan menjaga keseimbangan alam semesta. Dengan demikian, Dewa Wisnu memiliki kekuasaan tertinggi dan menaungi seluruh alam semesta. 3. Ia bertanggung jawab atas kelancaran dan pemeliharaan alam semesta. Dewa Wisnu menurut Islam adalah salah satu dari tiga dewa utama yang ada dalam Islam, yaitu Allah Tuhan, Iblis setan, dan Wisnu. Ia adalah dewa persatuan, dewa pencipta yang berperan penting dalam menciptakan dan memelihara alam semesta. Dewa Wisnu dalam Islam dikenal sebagai salah satu dewa yang bertanggung jawab atas kelancaran dan pemeliharaan alam semesta. Dalam alam semesta, Wisnu bertanggung jawab untuk memastikan bahwa semua sistem kehidupan berjalan dengan baik. Ia dipercaya bertanggung jawab untuk menjaga alam semesta dengan cara menciptakan dan menjaga arus alam yang adil. Ia juga dapat mengatur dan memelihara ketertiban alam semesta dengan cara menciptakan dan menjaga keseimbangan antara kekuatan yang baik dan buruk. Ia juga dipercaya bertanggung jawab untuk memelihara alam semesta dengan cara melindungi alam dan menjaga kehidupan yang ada di dalamnya. Ia juga dipercaya bertanggung jawab untuk memelihara alam semesta dengan cara menjaga dan mempertahankan keseimbangan ekosistem alam. Hal ini mencakup menjaga kehidupan tanaman, binatang, dan manusia di alam semesta. Karena perannya yang penting, Dewa Wisnu kadang-kadang dipercaya sebagai dewa pelindung alam semesta. Ia dianggap sebagai sosok yang menjaga dan memelihara alam semesta. Ia juga dipercaya bertanggung jawab atas pemeliharaan dan kelancaran alam semesta, yang memungkinkan alam semesta untuk berfungsi dengan baik dan tetap berdiri. 4. Di dalam al-Quran, ia disebut sebagai Dewa Pencipta dan Pemelihara Alam. Dalam agama Islam, Dewa Wisnu merupakan salah satu dari tiga dewa utama yang dipercaya oleh kebanyakan umat Hindu. Dewa Wisnu dipercaya sebagai pencipta dan pemelihara alam semesta. Ia juga dikenal sebagai dewa yang bertanggung jawab untuk menciptakan dan memelihara semua makhluk hidup di dunia. Dalam al-Quran, Dewa Wisnu disebut sebagai Dewa Pencipta dan Pemelihara Alam’. Ia disebut sebagai dewa yang menciptakan langit, bumi, dan semua yang ada di dalamnya. Ia juga disebut sebagai dewa yang melindungi dan memelihara semua yang ada di alam semesta. Selain itu, Dewa Wisnu juga dipercaya sebagai dewa yang membimbing manusia untuk berbuat baik. Ia dianggap sebagai sosok yang bertanggung jawab untuk membantu manusia mencapai tujuan mereka dalam hidup. Menurut Hindu, Dewa Wisnu menyebarkan kasih sayang dan keadilan kepada semua orang. Dalam al-Quran, Dewa Wisnu dianggap sebagai dewa yang sangat berpengaruh dalam dunia. Ia dipercaya sebagai dewa pencipta dan pemelihara alam semesta yang bertanggung jawab atas semua yang ada di dunia. Ia juga menjadi panutan bagi umat Hindu untuk mencapai tujuan mereka dalam hidup. 5. Dewa Wisnu memiliki kemampuan luar biasa dan memiliki kekuasaan tertinggi. Dewa Wisnu menurut Islam adalah salah satu dari tiga dewa utama yang terkait dengan istilah Trimurti, yang lainnya adalah Brahma dan Shiva. Dalam agama Hindu, dia adalah dewa utama yang menjaga keseimbangan alam semesta. Dia dianggap sebagai dewa yang menjaga alam semesta dan menjaga keseimbangan yang saling berkaitan. Dalam islam, Wisnu dianggap sebagai dewa yang memiliki kekuasaan tertinggi. Dia dianggap sebagai dewa yang menciptakan, memelihara, dan menghancurkan alam semesta. Selain itu, ia juga dianggap sebagai dewa yang menentukan takdir manusia. Hal ini disebabkan oleh kemampuan luar biasa yang dimiliki oleh dewa ini. Dewa Wisnu memiliki kemampuan luar biasa yang memungkinkannya untuk membentuk, memelihara, dan menghancurkan alam semesta. Dia juga dapat mengendalikan semua kekuatan alam dan mengubahnya sesuai dengan kehendaknya. Ia juga mampu mengendalikan energi alam, angin, dan bahkan api. Selain itu, dia juga mampu menciptakan dan memelihara mahluk hidup. Karena kemampuan luar biasa ini, Wisnu dianggap sebagai dewa yang memiliki kekuasaan tertinggi. Ia dianggap sebagai dewa yang menciptakan, memelihara, dan menghancurkan alam semesta. Selain itu, ia juga dianggap sebagai dewa yang menentukan takdir manusia. Ia juga dapat mengatur keseimbangan alam semesta dengan tujuan untuk memastikan bahwa setiap hal berjalan dengan baik. 6. Ia juga bertanggung jawab atas hidup dan mati di alam semesta. Dewa Wisnu menurut agama Islam adalah salah satu dewa terpenting di alam semesta. Ia dianggap sebagai Dewa Kebahagiaan dan pencipta kebahagiaan. Ia juga dikenal sebagai Dewa Keselamatan dan Kesetiaan. Dalam agama Islam, Wisnu dipercaya sebagai dewa yang membawa kebaikan dan kemakmuran kepada manusia. Ia menjaga alam semesta dan menjadi sosok yang mengatur segala sesuatu yang terjadi di alam semesta, yang memungkinkan manusia hidup dengan baik. Dalam Kepercayaan Hindu, Wisnu dipercaya sebagai dewa yang bertanggung jawab atas hidup dan mati di alam semesta. Ia dianggap sebagai Dewa Pengatur Alam dan Dewa yang mengatur proses hidup dan mati. Ia bertanggung jawab atas keseimbangan alam dan juga menjaga agar kehidupan tidak hancur. Dalam agama Islam, Wisnu dianggap sebagai Dewa yang memberikan solusi untuk segala masalah. Ia juga dipercaya sebagai dewa yang memberi berkah kepada manusia. Ia dianggap sebagai dewa yang mengatur segala sesuatu yang terjadi di alam semesta. Namun, yang paling penting adalah bahwa Wisnu adalah dewa yang bertanggung jawab atas hidup dan mati di alam semesta. Ia dianggap sebagai Dewa yang mengatur proses hidup dan mati, yang memungkinkan manusia untuk hidup dengan baik. Ia juga dianggap sebagai dewa yang menjaga agar alam tetap seimbang dan menjaga agar kehidupan manusia tidak hancur. 7. Dewa Wisnu juga memiliki kemampuan untuk menghidupkan kembali dan menghidupkan orang yang telah mati. Dalam agama Hindu, Dewa Wisnu adalah seorang dewa yang dianggap sebagai simbol kekuatan, kesetiaan, dan kebaikan. Ia dianggap sebagai penjaga alam semesta dan sebagai pencipta yang menghidupkan dunia. Namun, dalam agama Islam, dewa Wisnu tidak memiliki tempat dalam agama. Ia dikategorikan sebagai dewa-dewa non-Islam dan sebagai simbol untuk tindakan yang dilarang dalam Islam. Walaupun begitu, dalam sebagian besar teks suci agama Hindu, dewa Wisnu dipuja sebagai dewa yang memiliki kemampuan untuk menghidupkan kembali dan menghidupkan orang yang telah mati. Hal ini dikarenakan kemampuannya untuk menciptakan dan menghidupkan kembali makhluk hidup. Contoh kisah yang menggambarkan kekuatan dewa Wisnu adalah kisah tentang Kresna yang mati dalam pertempuran melawan muridnya. Ketika Kresna mati, ia dipanggil oleh dewa Wisnu, yang kemudian menghidupkan Kresna kembali. Menurut agama Hindu, dewa Wisnu juga dikenal sebagai makhluk yang memiliki kekuatan untuk membangkitkan orang yang mati. Dalam beberapa kitab suci Hindu, dewa Wisnu dikisahkan membangkitkan orang mati hanya dengan menyentuh tubuh mereka. Kisah-kisah ini sering disebut sebagai kisah tentang dewa Wisnu yang menghidupkan orang yang telah mati. Kesimpulannya, dalam agama Hindu, Dewa Wisnu dianggap sebagai dewa yang memiliki kekuatan untuk menghidupkan kembali dan menghidupkan orang yang telah mati. Meskipun dalam agama Islam ia dikategorikan sebagai dewa-dewa non-Islam, ia masih memiliki beberapa kekuatan yang mampu mengubah keadaan makhluk hidup dan menghidupkan orang yang telah mati. 8. Ia juga bertanggung jawab atas pemeliharaan keseimbangan di alam semesta. Dewa Wisnu menurut agama Islam adalah salah satu dari tiga dewa utama yang memiliki peranan penting dalam agama Hindu dan Buddha. Ia merupakan salah satu dari Trimurti tiga dewa yang melambangkan kehidupan, kematian, dan kelahiran kembali. Namun, dalam agama Islam, Wisnu disebut sebagai Allah, yang menciptakan alam semesta dan bertanggung jawab atas pemeliharaan keseimbangan di alam semesta. Sebagai dewa pemelihara, Wisnu dianggap sebagai salah satu yang bertanggung jawab atas pemeliharaan keseimbangan di alam semesta. Ia juga bertanggung jawab atas semua makhluk hidup, dari yang terkecil hingga yang terbesar. Ia diyakini dapat memelihara keseimbangan antara alam semesta, kehidupan, dan kematian. Dalam konsep pemeliharaan keseimbangan, Wisnu juga bertanggung jawab atas menjaga penciptaan alam semesta. Ia diyakini dapat membantu mengatur alam semesta dengan cara mengontrol keseimbangan antara cahaya dan kegelapan, antara panas dan dingin, antara kebaikan dan kejahatan, dan antara kehidupan dan kematian. Dalam agama Hindu, Wisnu dikenal sebagai dewa yang melakukan berbagai peristiwa penting seperti penciptaan alam semesta, pemeliharaan keseimbangan, dan membantu makhluk hidup untuk hidup dengan sejahtera. Ia juga diyakini dapat menolong makhluk hidup untuk mencapai tujuan mereka dan menyelesaikan masalah mereka. Dalam agama Islam, dewa Wisnu diyakinilah sebagai salah satu yang bertanggung jawab atas pemeliharaan keseimbangan di alam semesta. Ia dianggap sebagai dewa yang dapat memelihara dan mengatur alam semesta dengan cara mengontrol keseimbangan antara cahaya dan kegelapan, antara panas dan dingin, antara kebaikan dan kejahatan, dan antara kehidupan dan kematian. 9. Dewa Wisnu juga memiliki kemampuan untuk mengambil bentuk lain. Dewa Wisnu menurut agama Islam adalah salah satu dari enam dewa yang diciptakan oleh Allah. Ini termasuk dewa-dewa utama seperti Fire God, Wind God, dan Water God. Dewa Wisnu juga dikenal sebagai Vishnu, yang merupakan salah satu dari 12 dewa utama Hindu dan bagian dari Trimurti. Dewa Wisnu dikenal sebagai dewa yang menjaga kesucian dan harmoni alam semesta. Ia juga menjadi simbol keseimbangan, sukacita, dan kedamaian. Menurut mitologi Hindu, Dewa Wisnu yang diwakili oleh dua kura-kura yang bergerak berdasarkan perintahnya. Ia juga dikenal sebagai dewa yang melindungi manusia dan membantu mereka dalam mencapai perdamaian. Kemampuan lain yang dimiliki Dewa Wisnu adalah kemampuan untuk mengambil bentuk lain. Menurut legenda Hindu, ia bisa mengambil bentuk apa pun yang diinginkan. Ini termasuk bentuk manusia, binatang, atau benda mati. Kemampuan ini memungkinkan Dewa Wisnu untuk menyelamatkan manusia dari bahaya. Ia juga dapat mengambil bentuk untuk mengajar manusia tentang kebajikan dan kejujuran. Konsep Dewa Wisnu dalam agama Islam menjadi penting karena ia simbol dari kekuatan, kebaikan, dan kebijaksanaan. Ia dianggap sebagai dewa yang melindungi dan melayani umat manusia. Ia dihormati dan dianggap sebagai dewa yang mengatur alam semesta dan menjaga harmoni dan kedamaian. Dengan kemampuan untuk mengambil bentuk lain, Dewa Wisnu juga memungkinkan untuk menyelamatkan manusia dari bahaya. Ia juga bisa mengajarkan tentang kebajikan dan nilai-nilai yang baik. Dengan demikian, Dewa Wisnu memainkan peran penting dalam agama Islam dan dihormati oleh kaum Hindu dan agama lainnya. 10. Ia bertanggung jawab atas semua bentuk kehidupan, baik yang masih hidup maupun yang sudah mati. Dewa Wisnu dalam agama Islam adalah salah satu dari tiga dewa yang dianggap sebagai makhluk ajaib dan diyakini memiliki kekuatan luar biasa. Ia dikenal sebagai dewa yang penuh kasih sayang, merupakan seorang penyelamat bagi umat manusia, dan pencipta alam semesta. Menurut agama Islam, Dewa Wisnu bertanggung jawab atas semua bentuk kehidupan, baik yang masih hidup maupun yang sudah mati. Ia diyakini bisa menciptakan dan menghancurkan alam semesta, sehingga bisa mengendalikan semua aspek kehidupan dan alam semesta. Ia juga diyakini sebagai penguasa alam semesta dan sebagai pemelihara semua ciptaan-Nya. Dewa Wisnu diyakini memiliki kekuatan untuk menggunakan alam semesta untuk kepentingan manusia. Ia mampu menghancurkan alam semesta jika diperlukan, atau membuat alam semesta lebih ramah bagi manusia. Ia juga dapat membuat perubahan besar pada alam semesta untuk memenuhi tujuan manusia. Karena kekuatannya yang luar biasa, Dewa Wisnu sering dianggap sebagai penyelamat bagi umat manusia. Ia diyakini bisa menyelamatkan umat manusia dari bencana alam dengan cara menciptakan alam semesta yang lebih baik. Ia juga diyakini mampu memberikan berkah dan keselamatan bagi umat manusia. Dewa Wisnu juga diyakini bertanggung jawab untuk menciptakan dan memelihara semua bentuk kehidupan, baik yang masih hidup maupun yang sudah mati. Ia diyakini mampu menciptakan dan menghancurkan semua bentuk kehidupan yang ada di alam semesta. Ia juga diyakini mampu mengontrol semua bentuk kehidupan yang ada di alam semesta. Karena begitu dicintai dan dihormati, Dewa Wisnu sering disebut sebagai “Tuhan Pancasila”, yang berarti bahwa semua bentuk kehidupan yang ada di alam semesta diciptakan, dijaga, dan dipelihara oleh Tuhan. Inilah sebabnya mengapa Dewa Wisnu dianggap bertanggung jawab atas semua bentuk kehidupan, baik yang masih hidup maupun yang sudah mati. 11. Dewa Wisnu juga memiliki kemampuan untuk menyelamatkan umat manusia dari bahaya. Dewa Wisnu dalam agama Islam merupakan salah satu dari tiga dewa utama yang diakui sebagai Tuhan. Di dalam agama Hindu, Dewa Wisnu adalah dewa yang paling tinggi. Ia dikenal sebagai dewa yang luar biasa berkuasa dan melindungi manusia dari bahaya dan kejahatan. Ia juga merupakan dewa pemelihara dan pemimpin manusia. Dalam agama Islam, Dewa Wisnu dianggap sebagai salah satu dari tiga dewa utama yang menciptakan dan memelihara alam semesta. Ia juga dipuja dan dihormati, dan dianggap sebagai dewa yang bijaksana dan kuat. Ia dikenal sebagai dewa yang memiliki kemampuan untuk menyelamatkan umat manusia dari bahaya. Dalam konsep keagamaan, Wisnu dianggap sebagai dewa yang berkuasa. Ia dapat menyelamatkan manusia dari bahaya dengan memberikan mereka petunjuk dan bimbingan. Ia juga dapat membantu manusia untuk mengatur dan mengendalikan kehidupan mereka. Ia juga dapat memberikan manusia kesempatan untuk mencapai tujuan mereka dan hidup dalam kesejahteraan. Dewa Wisnu juga dikenal sebagai dewa yang bersahabat. Ia dapat melindungi manusia dari berbagai bahaya dan ancaman. Ia juga dapat menyelamatkan manusia dari berbagai masalah dan bahaya dengan memberikan mereka wawasan yang tepat dan petunjuk. Ia juga dapat mengatur dan mengendalikan kehidupan manusia dengan memberikan mereka bimbingan dan petunjuk. Dewa Wisnu juga memiliki kemampuan untuk menyelamatkan umat manusia dari bahaya. Ia dapat menyelamatkan mereka dari berbagai masalah dan ancaman dengan memberikan mereka petunjuk dan bimbingan. Ia juga dapat memberikan kebaikan dan kesejahteraan kepada umat manusia dengan memberikan mereka petunjuk dan bimbingan. Ia juga dapat melindungi umat manusia dari berbagai bahaya dengan memberikan mereka perlindungan dan perlindungan. 12. Ia juga dapat membantu manusia dalam menjalani kehidupan yang sehat, bahagia, dan berdasarkan ajaran agama. Dewa Wisnu menurut Islam adalah salah satu dari empat dewa yang dianut oleh agama Hindu. Dewa Wisnu adalah dewa yang menjaga alam semesta dari kehancuran dan kejahatan. Ia juga dikenal sebagai dewa keselamatan, kemakmuran, dan kebahagiaan. Menurut ajaran Islam, Dewa Wisnu adalah dewa yang melindungi manusia dari kehancuran. Ia juga dianggap sebagai dewa yang melakukan keselamatan, kemakmuran, dan kebahagiaan. Ia juga dikenal sebagai dewa yang membantu manusia untuk mencapai tujuan hidup yang lebih tinggi. Dewa Wisnu diyakini dapat membantu manusia dalam menjalani kehidupan yang sehat, bahagia, dan berdasarkan ajaran agama. Ia diyakini dapat menyampaikan sukacita, kesejahteraan, dan berkat kepada mereka yang taat pada ajaran agama. Ia juga diyakini dapat menyelamatkan manusia dari bencana dan bahaya. Dalam tradisi Islam, Dewa Wisnu juga dianggap sebagai dewa yang mengawasi semua makhluk hidup. Ia dianggap sebagai dewa yang menjaga keseimbangan alam dan membantu manusia untuk mencapai kesuksesan dalam kehidupan. Ia juga diyakini dapat membantu manusia dalam mencapai tujuan hidup yang lebih tinggi. Kesimpulannya, Dewa Wisnu menurut Islam adalah dewa yang bertanggung jawab untuk menjaga alam semesta. Ia juga diyakini dapat membantu manusia dalam menjalani kehidupan yang sehat, bahagia, dan berdasarkan ajaran agama. Ia juga diyakini dapat menyampaikan sukacita, kesejahteraan, dan berkat kepada mereka yang taat pada ajaran agama. 13. Dewa Wisnu dianggap sebagai ketenangan dan kekuasaan yang sentral dalam alam semesta. Dalam Islam, Dewa Wisnu dianggap sebagai salah satu dari tiga dewa utama bersama Dewa Siwa dan Dewa Brahma. Wisnu juga dikenal sebagai Vishnu atau Narayana. Wisnu adalah dewa yang mengatur dan menjaga alam semesta. Dianggap sebagai penyelamat, Wisnu disebut sebagai Bintang Matahari yang menyinari alam semesta. Dewa Wisnu dianggap sebagai penyelamat dunia dari kejahatan dan kehancuran. Menurut mitologi Hindu, Wisnu datang ke dunia dalam bentuk avatar dan menyelamatkan manusia dari kejahatan. Avatar Wisnu dikenal sebagai avatara Roopam atau bentuk yang berbeda’. Wisnu dikenal sebagai penyelamat dunia dari kejahatan dan kehancuran. Di samping itu, Dewa Wisnu dianggap sebagai ketenangan dan kekuasaan yang sentral dalam alam semesta. Wisnu memegang peran penting dalam menciptakan dan memelihara alam semesta. Menurut mitologi Hindu, Wisnu memegang pedang cakar dan cincin yang masing-masing mewakili kekuasaan dan ketenangan. Wisnu juga dikenal sebagai dewa yang bertanggung jawab atas pertumbuhan dan perkembangan alam semesta. Dalam beberapa agama, Dewa Wisnu juga berfungsi sebagai dewa pelindung dan pelindung umat manusia. Wisnu dianggap sebagai pelindung para pencari kebenaran dan keadilan. Otoritas Wisnu dipercaya untuk mencegah orang dari melakukan kejahatan. Secara keseluruhan, Dewa Wisnu dianggap sebagai dewa yang mengatur dan menjaga alam semesta. Wisnu juga dianggap sebagai penyelamat dunia dari kejahatan dan kehancuran. Di samping itu, Dewa Wisnu dianggap sebagai ketenangan dan kekuasaan yang sentral dalam alam semesta.
dewa siwa disebut dewa penghancur tetapi mengapa kerajaan kutai menyembah siwa? 1. dewa siwa disebut dewa penghancur tetapi mengapa kerajaan kutai menyembah siwa?Jawabankerajaan Kutai menganut agama hinduPenjelasanSiwapara brahmana mendapat sedekah darirajaWULAWARMAN yaitu emas,lampu, sapisejumlah ekor. Brahmanamerupakantokoh agama dlm agama mulawarman memuja dewa Siwabrahmana merupakan kasta tertinggi di dlm agama bermanfaat,,,,,,,,ya 2. Dewa Siwa mempunyai tiga sebutan Di bawah ini yang bukan merupakan sebutan dari Dewa Siwa yaituJawabanMahadewa, Isana, Pasupata, Lingodbhava, dan NatarajaPenjelasanhave a nuice day!JawabanJika dewa ada berarti dia dapat menyamai Allah, Tetapi didalam islam dewa itu tidak ada dan Allah tidak ada seorangpun yang dapat menyamainya. 4. kenapa dewa siwa disebut dewa perusak karena tugasnya adalah memusnah dan menghukum setiap makhlukDewa siva bkn hnya dewa perusak tapi dia jugadewa kehidupan dewa siwa juga punya julukan salah satunya bolena, 5. Apa tugas dari dewa wisnu,dewa siwa dan dewa brahmana?Tugas tiga dewa atau trimurti dalam ajaran Hindu yaituBrahma sebagai pencipta alam semesta,Wisnu sebagai pemelihara alam semesta, danSiwa sebagai pembinasa alam Dalam agama Hindu terdapat berbagai aliran atau pandangan keagamaan, yang sangat beragam baik di India maupun di Bali. Salah satu kepercayaan ini adalah tentang Trimurti, di mana penciptaan, pemeliharaan, dan pemusnahan dipersonifikasikan sebagai tiga serangkai Brahma sang pencipta, Wisnu sang pemelihara, dan Siwa sang digambarkan memiliki kalung dari ular kobra, Wasuki, memegang senjata trisula, dan didampingi oleh Dewi Parwati, dengan mengendarai wahana atau kendaraannya yaitu lembu digambarkan sebagai dewa dengan 4 wajah, memegang senjata brahmastra dan bunga teratai, dan didampingi oleh Dewi Saraswati, dengan mengendarai wahana atau kendaraannya yaitu angsa digambarkan bertubuh kebiruan, berkalung bunga, memegang senjata gada dan chakra, dan didampingi oleh Dewi Laksmi, dengan mengendarai wahana yaitu burung kepercayaan Hindu dalam ajaran Siwaisme, para penganutnya menganggap Dewa Siwa sebagai dewa pada ajaran Waisnawa, para penganutnya menganggap Dewa Wisnu sebagai dewa konsep Harihara, Wisnu Hari dan Siwa Hara dianggap menyatu. Harihara juga dikenal sebagai Shankaranarayana dengan "Shankara" adalah julukan Siwa, dan "Narayana" adalah julukan Wisnu.Contoh peninggalan sejarah yang terpengaruh kepercayaan terhadap Trimurti adalah Candi Prambanan, yang dibangun pada sekitar tahun 850 M, di masa kerajaan Mataram. Ketiga bangunan utama Candi Prambanan mewakili tiga dewa dalam trimurti, dengan candi untuk Dewa Siwa Batara Guru berada di tengah dan paling besar, sebab Siwa merupakan dewa utama di Kerajaan depan ketiga bangunan utama terdapat tiga bangunan yang lebih kecil, yang merupakan candi yang mewakili wahana hewan kendaraan dari dewa dalam Trimurti, yaitu Hamsa angsa kendaraan Brahma, Nandi lembu kendaraan Siwa atau Batara Guru dan Garuda burung kendaraan Wisnu.Pelajari lebih lanjut yang dimaksud dengan Harihara di lebih lanjut kasta dalam agama Hindu di lebih lanjut nama letak dan fungsi candi yang ada di Indonesia -Detail Jawaban Kode XMata Pelajaran IPS/Sejarah Materi Bab 4 - Indonesia Zaman Hindu dan Buddha 6. Dewa Siwa adalah dewa perusak alam pada masa kerajaan bercorak Hindu Dewa Siwa dipersembahkan oleh beberapa Raja seperti raja yang menyembah dewa siwa adalah mulawarman dari kerajaan hindu tertua yaitu kerajaan kutai 7. Apa mitos dewa siwa? mitos dewa siwa adalah ajaran dari agama adalah seorangv pertapa yang selalu bertapa jika dia di ganggu dia akan memberi hukuman kepa yang menggang atau memenggal leher orang yang mengganggunya. dia memiliki seorang istri bernama shati dan anak bernama ganesha, anaknya memiliki kepala gajah karena ayahnya sempat memenggal lehar anaknya karena tidak tau kalu itu anaknya, kemudian pembantu setianya yang bernama nandi mencari kepala apa saja anak apa saja yang membelakangi ibunya saat tidur, dia hanya menemukan anak gajah yang menbelakanginya ibunya saat tidur dan mengambil kepalanya,akhirnya shiwa pun menganti kepala anaknya dengan kepala gajah, ganesha pun diberi berkah oleh dewa mas saya cuma tau segitu saja tanya ma orangnya dia yg lebih tau 8. apakah dewa siwa perwujudan dari dewa Wisnu? ya,dewa Siwa perwujudan dari dewa wisnuTidak,dewa siwa adalah dewa tertinggi agama hindu yang di anggap dewa pelebur yang akan menghancurakan semua ciptaan brahma sedangkan dewa wisnu adalah dewa tertinggi yang dianggap sebagai dewa pemelihara semesta dan segala ciptaan dewa brahma 9. dewa siwa menggrakan alam semesta dengan menari. pada saat itu dewa siwa di beri gelar gelar penghancur alam semestasiwa di beri gelar MAHADEWA 10. siapakah sakti dari dewa SIWA? sebuah konsep agama Hindu atau perwujudan Dari aspek kewanitaan kadangkala dianggap sebagai ibu surgawi 11. Berapakah awatara Dewa SiwaJawaban10 Penjelasan.................. 12. Apa tugas dan fungsi dari dewa wisnu,dewa siwa dan dewa brahmana?JawabanTugas tiga dewa atau trimurti dalam ajaran Hindu yaitu Brahma sebagai pencipta alam semesta, Wisnu sebagai pemelihara alam semesta, dan. Siwa sebagai pembinasa alam semesta. 13. Dewa Siwa adalah dewa perusak alam pada masa kerajaan bercorak Hindu Dewa Siwa dipersembahkan oleh beberapa Raja seperti aku cuma tahu satu yaitu raja Mulawarman, selain itu enggak tau, maaf, semoga membantu 14. dewa brahma,dewa wisnu dan dewa siwa merupakan bagain dari dewa?JawabanTri Murti...............TrimurtipenjelasanTrimurti adalah tiga kekuatan Brahman Sang Hyang Widhi sebutan Tuhan dalam agama Hindu dalam menciptakan, memelihara, pelindung alam beserta terdiri dari 3 yaituDewa BrahmaFungsi Pencipta / UtpathiSakti Dewi Saraswati yang merupakan dewi ilmu pengetahuanSenjata BusurSimbol AWarna MerahDewa WisnuFungsi Pemelihara / SthitiSakti Dewi Laksmi atau SriSenjata CakramSimbol UWarna HitamDewa SiwaFungsi Pelebur / PralinaSakti Dewi Durga, Uma, dan ParwatiSenjata TrisulaSimbol MWarna Panca WarnaApabila simbol dari ketiga dewa tesebut digabungkan, maka akan menjadi AUM yang dibaca "OM" ॐ yang merupakan simbol suci agama membantu. salam toleransi 15. Siapakah ayah dari dewa siwa? dewa mana punya ayahdewa siwa tidak mempunyai ayah karena menurut kepercayaan orang hidun dewa siwa adalah salah satu dewa tertinggi a. dewa ganesha..... Wisnu.......... 17. anak dewa siwa adalah Dewa Ganesha yang memiliki kecerdasan yang luar biasa. Sehingga sering dijadikan simbol kecerdasan, seperti ITB cerita-cerita keagamaan yang terdapat dalam kitab-kitab suci umat Hindu, Dewa Siwa memiliki putra-putra yang lahir dengan sengaja ataupun tidak disengaja. Beberapa putra Dewa Siwa tersebut yakni -Dewa Kumara-Dewa Kala-Dewa Ganesa 18. Kenapa dewa siwa di anggap sebagai dewa tidak baik . karena dewa siwa adalah penghancur alam semesta saat hari kiamat tibadewa menurut islam tidak ada dan kita hanya diperbolehakan percaya pada dan qodarsemoga membantu.. 20. dewa siwa menggerakan alam semesta dengan menari.. pada saat itu dewa siwa diberi gelar?? dewa siwa dalam trimukti diberi gelar dewa pelebur sedangkan dewa visnu sebagai dewa pemelihara dan dewa brahma sebagai pencipta
Awal pertanyaan saya ini bermula ketika saya sedang menanti keberangkatan pesawat di suatu bandara di Sumatera. Saya hendak ke toilet waktu itu sebelum take off, dan saya perhatikan gambar yang selama ini jarang saya renungi. Gambar itu adalah tanda lokasi toilet dengan mushola. Gambar tanda Musholla di Bandara Di tanda mushola itu lah, gambar seorang duduk sambil menghadap bulan sabit/hilal dan bintang, Nampak dia sedang menyembah menghadap bulan dan bintang. Mengingat setiap waktu shalat, kapan mulai dan mengakhiri puasa Ramadhan selalu diatur dengan waktu peredaran bulan, saya lalu berpikir mengapa Islam sangat bergantung pada bulan. Seorang ustadz menyampaikan kepada saya, itu hanya supaya seragam saja. Tetapi kalau supaya seragam, mengapa melanggar hilal menjadi sesuatu yang menakutkan? Mengapa takut sekali melanggar waktu bulan? Apa yang menyebabkan? Jangan-jangan benar dugaan selama ini kalau Allah itu sebenarnya Dewa Bulan. Ah pikiran yang tidak-tidak. Oleh karena itu secara kritis saya pun mulai mencari dan mendalami melalui internet. Bendera Turki, memuat bulan sabit/hilal dan bintang Agama Islam adalah sebuah agama yang berpusatkan pada penyembahan dzat agung yang disebut Allah الله kebanyakan orang Indonesia menyebutkannya Alloh, Awloh, atau orang Kristen mengatakan Allah untuk membedakannya dengan yang Muslim. Kaum Muslim menganggap bahwa Awloh yang telah ada sejak zaman sebelum Islam adalah Allah yang sama yang disembah oleh kaum Yahudi, para nabi dan para rosul. Jadi seolah-olah di sini, Allah adalah kelanjutan dari Sesembahan yang paling ilahi semenjak dulu dunia diciptakan. Apakah Allah الله menurut cerita Alkitab atau adalah dewa orang musrik yang ada di Arabia semenjak jaman sebelum Islam? Umat Muslim bersikeras bahwa Allah الله adalah Allah yang juga disembah Yahudi dan Kristen, sebagai salah satu usaha mereka untuk merebut hati umat Yahudi dan Kristen masuk Islam, karena jika Allah الله adalah Allah yang disebut di dalam kitab Taurat, maka tidak ada alasan umat Yahudi dan Islam untuk tidak mempercayai firman Allah الله. Jikalau memang Allah الله adalah Tuhan yang ada semenjak dari semula maka kita seharusnya semuanya adalah Muslim. Hadis mereka sendiri mengatakan kalau Ibrahim/Abraham, yang adalah nenek moyang bangsa Yahudi, mereka sebut Muslim. Tetapi di sisi lain, kalau ternyata Allah الله adalah dewa bulan jaman sebelum Islam lahir maka anggapan Islam kalau Allah الله adalah Allah-nya orang Yahudi otomatis gugur. Anggapan Allah الله adalah Tuhan akan gugur ketika bukti ampuh arkeologis ditemukan. Inilah bukti yang tidak terbantahkan tentang keaslian siapakah Awloh itu sebenarnya. Mari kita lihat bukti-bukti arkeologi yang menyatakan bahwa Awloh itu adalah dewa bulan. Dan bila kita pelajari lebih lanjut, bukti-bukti tersebut membawa pada kesimpulan bahwa Allah الله adalah Dewa Bulan yang menikah dengan Dewi Matahari dan bintang-bintang adalah putri-putri mereka, namun kemudian dibantah oleh Al Quran sendiri. Patung Dewa Bulan dilihat dari semua sisi. Perhatikan tanda hilal/bulan sabit yang dipahat di dadanya. Pembaca yang budiman harus paham, bahwa Islam, Yahudi, dan Katolik, serta sebagian Kristen ketiganya meninggikan ke-esaan dan ke-ilahian dalam bentuk tritunggal, seperti dijelaskan berikut Para arkeolog telah menemukan kuil yang dibangun untuk menyembah Dewa Bulan di seluruh jazirah Timur Tengah. Dari pegunungan Turki sampai ke pinggiran sungai Nil, agama yang paling tersebar di dunia kuno ini adalah penyembahan atas Dewa Bulan. Dalam peradaban yang belum mengenal baca tulis ini, bangsa Sumeria telah meninggalkan ribuan papan tanah liat yang menggambarkan kepercayaan mereka. Seperti ditunjukkan oleh Sjoberg dan Hall, Sumeria kuno menyembah Dewa Bulan yang dipanggil-panggil dalam berbagai sebutan. Sebutan yang populer bagi Dewa Bulan pada jaman itu adalah Nanna, Suen, dan Asimbabbar. Lambangnya adalah hilal/bulan sabit. Oleh karena banyaknya bukti artifak tentang penyembahan Dewa Bulan ini, maka jelaslah kalau agama ini mendominasi Mesopotamia kuno. Bangsa Assyria, Babilon, dan Akkadia mengambil sebutan Suen, dan kemudian menyebutkan sebagai Sin, sebutan favorit mereka untuk Dewa Bulan. Seperti yang dituliskan oleh seorang Profesor yang bernama Potts, yang mendalami hal tersebut, mengatakan, “Sin sebetulnya adalah nama yang berasal dari bangsa Sumeria yang dipinjam oleh bangsa Semit.” Di Syria dan Kanaan kuno, Dewa Bulan Sin umumnya dilambangkan dengan bulan yang sedang dalam posisi sabit muda/hilal. Seringkali lambang bulatan bulan utuh ditaruh di dalam sabit untuk mengisahkan keseluruhan dinamika perubahan penampakan bulan. Dewi Matahari adalah istri dari Sin, dan bintang-bintang adalah putri-putri mereka. Sebagai contoh, Istar adalah puteri dari Sin. Sesaji yang dipersembahkan kepada Dewa Bulan dituliskan di dalam tulisan kuno Pas Shamra. Ditulis dalam Bahasa Ugarit, Dewa Bulan dalam tulisan tersebut seringkali disebut Kusuh. Di Persia, dan juga Mesir, Dewa Bulan digambar dalam dinding-dinding bangunan berada pada kepala-kepala patung. Ia adalah Hakim dari seluruh manusia dan dewa. Alkitab Perjanjian Lama secara konsisten melarang penyembahan Dewa Bulan Ulangan 419; 173, II Raja-raja 213, 5; 235; Yeremia 82; 1913, Zefanya 15, dst. Ketika bangsa Israel jatuh ke dalam penyembahan berhala, biasanya terjadi dalam bentuk penyembahan Dewa Bulan. Kenyataannya, di seluruh dunia kuno, simbol bulan sabit dapat ditemukan pada segel, ukiran kayu, keramik, jimat, papan tanah liat, guci, besi, anting, gelang, kalung, dinding, dan lain sebagainya. Di Tell-el-Obeid, sebuah patung sapi yang terbuat dari tembaga ditemukan dengan lambang bulan sabit di dahinya. Sebuah patung dengan tubuh seekor banteng dengan kepala manusia diberi helm pelindung kepala dengan lambang bulan sabit. Bahkan roti pun dipanggang dengan bentuk bulan sabit sebagai penghormatan kepada Dewa Bulan. Bangsa Ur dari bangsa Kasdim adalah bangsa yang paling mengabdi kepada Dewa Bulan, yang mereka sebut Nannar di dalam tulisan-tulisan mereka. Sebuah kuil Dewa Bulan di daerah Ur diekskavasi oleh Sir Leonard Wooley. Ia menggali banyak bukti dari penyembahan Bulan di bangsa Ur, dan ini semua ditampilkan di Museum Inggris hingga hari ini. Bangsa Harran pun demikian juga kesetiaannya pada Dewa Bulan. Di sekitar tahun 1950, sebuah kuil megah Dewa Bulan diekskavasi di daerah Hazer Palestina. Dua patung Dewa Bulan diketemukan. Masing-masing berbentuk patung manusia duduk di atas tahta dengan lambang bulan sabit dipahat di dadanya. Tulisan yang menyertai patung itu memperjelas bahwa kedua patung itu adalah Dewa Bulan. Patung-patung lain yang lebih kecil juga diketemukan dan diidentifikasikan dengan tulisan yang menyertai sebagai “putri-putri” Dewa Bulan. Bagaimana dengan daerah Arabia? Seperti ditunjukkan oleh Prof. Coon, “Kaum Muslim dikenal sangat membenci anggapan bahwa mereka berupaya untuk meneruskan tradisi-tradisi penyembahan Dewa Bulan dan ingin mengganti sejarah pra-Islam mereka dan berusaha memputar-balikkan bukti sejarah yang ada.” Di abad 19, Amaud, Halevy dan Glaser pergi ke bagian selatan Arabia dan menemukan ribuan tulisan kaum Sabian, Minaen, dan Qataban, yang kemudian diterjemahkan. Tahun 1940an, arkeolog G. Caton Thompson dan Carleton S. Coon membuat penemuan bersejarah di Arabia. Kemudian tahun 1950an, Wendell Phillips, Albright, Richard Bower dan kawan-kawan mengekskavasi lokasi daerah kaum Qataba, Timna, dan Marib kota kuno bangsa Sheba. Ribuan tulisan dari dinding dan batu di Arabia Utara juga dikumpulkan. Ukiran patung dan cawan saji yang digunakan saat upacara penyembahan “putri-putri” Awloh juga diketemukan. Tiga puteri tersebut adalah al-Lat, al-Uzza dan Manat seringkali digambarkan bersama-sama dengan Dewa Bulan yang dilambangkan dengan bulan sabit di atas mereka. Bukti arkeologis ini menunjukkan agama yang mendominasi semenanjung Arabia adalah penyembahan Dewa Bulan. Dalam jaman Perjanjian Lama, Nabonidus/ Nabu-Na’id 555-539 SM, yang merupakan raja terakhir dari Kerajaan Babilon, membangun Tayma, di Arabia, sebagai pusat penyembahan Dewa Bulan. Segall mengatakan, “Agama penyembahan terhadap benda langit di Arab Selatan didominasi oleh Dewa Bulan dalam berbagai variannya.” Banyak ahli juga mendapatkan bahwa nama yang dipakai untuk Dewa Bulan adalah “Sin”, yang kemudian menjadi bagian dari sebuah kata Bahasa Arab seperti “Sinai,” gurun Sin,” dan sebagainya. Ketika ke-populer-an Dewa Bulan mulai luntur dimana-mana, kaum Arab tetap mengabdi kepada Dewa Bulan dan menganggap Dewa Bulan adalah yang terbesar dari semua dewa. Sementara mereka menyembah seluruh 360 dewa yang disembah di Kabah Mekkah, Dewa Bulan adalah dewa yang tertinggi. Mekkah pada kenyataannya adalah kuil penyembahan Dewa Bulan. Ini lah yang membuat Mekkah sebagai tempat penyembahan dewa paling suci di jazirah Arab. Tahun 1944, G. Caton Thompson mengungkapkan di dalam bukunya, Makam dan Kuil Bulan Hureidha, ia menemukan kuil Dewa Bulan di Arabia selatan. Simbol bulan sabit dengan tidak kurang dari 21 papan tanah liat dengan nama Sin ditemukan dalam kuil tersebut. Sebuah dewa yang nampaknya adalah patung Dewa Bulan itu sendiri ditemukan. Penemuan ini kemudian juga diperkuat oleh pernyataan banyak arkeologi lainnya. Bukti arkeologis menunjukkan bahwa kuil Dewa Bulan penuh dengan aktivitas ketika kekristenan awal muncul di Arabia, bahkan di jaman Muhammad hidup, mendominasi upacara penyembahan masa itu. Menurut berbagai tulisan yang ada, sementara nama dari Dewa Bulan adalah Sin, gelarnya adalah al-ilah, yang arti harafiahnya adalah “Dewa dari segala Dewa”, dewa yang paling utama dari semua dewa. Sebagaimana dikatakan oleh arkolog wanita bernama Coon, “Dewa Il, atau al-Ilah, adalah Dewa Bulan dalam masa/fase sabit.” Dewa Bulan pada masa itu disebut al-ilah, atau sang Dewa segala Dewa, yang lambat laun menjadi Allah di jaman sebelum Islam ada. Orang-orang Arab yang menyembah Dewa Bulan bahkan sering menambahkan kata Allah الله sebagai bagian akhiran dari nama anak-anak mereka. Sebagai contoh, nama ayah dari Muhammad adalah Abdillah, abdi allah, dan juga pamannya Ubaidullah, ubai, hamba cilik, dari Allah الله. Hal itu membuktikan kalau nama dewa Allah الله, Dewa Bulan itu, adalah nama yang marak digunakan oleh orang tua mereka yang pengagum dan penyembah Dewa Bulan yang ada di jaman Muhammad. Prof. Coon lanjut menjelaskan, “Hal yang sama, di bawah pengajaran Muhammad, kata titel tadi yang adalah Ilah kemudian berkembang menjadi Al-Ilah, atau Allah الله.” Kenyataan ini menjawab berbagai pertanyaan, “Siapa Allah الله itu, dan mengapa tidak pernah dijelaskan di Al Quran, selain menyebutnya sebagai dzat yang agung? Mengapa Muhammad menganggap orang-orang Arab sebelumnya telah paham siapa itu Allah الله?” Muhammad dibesarkan di sebuah wilayah dimana orang-orang menyebut Dewa Bulan adalah Awloh/ Allah الله. Tetapi ia kemudian melangkah lebih jauh ketimbang rekan-rekan Arabnya. Sementara mereka percaya bahwa Awloh/ Allah الله adalah Dewa Bulan, sebagai dewa terbesar di antara semua dewa dan berbagai sembahan lainnya, Muhammad memutuskan bahwa Allah hanya satu-satunya Allah dan yang terbesar, la ilah ha ilalah. Pada intinya, Nabi Muhammad berkata, “Lihat, kalian sudah percaya bahwa Dewa Bulan Allah الله adalah yang terbesar dari semua dewa. Yang saya mau kalian lakukan adalah menerima ide bahwa ia adalah satu-satunya. Saya tidak mengambil Allah الله yang sudah kalian sembah. Saya hanya membuang istrinya dan anak-anaknya, dan semua dewa yang lain.” Hal ini ditunjukkan oleh kalimat pertama dari rukun iman Islam, bahwa bukan “Allah الله itu besar” tetapi “Allah الله itu terbesar,” yang artinya ia lah yang terbesar di antara semua dewa. Mengapa Muhammad ingin mengatakan Allah الله lah yang terbesar kalau bukan karena pada masa itu banyak sekali dewa dewi yang disembah bangsa Arab. Kata dalam Bahasa Arab Allah الله ini digunakan untuk membedakan mana yang lebih besar atau lebih agung dibanding dewa-dewa yang lain di bawahnya. Hal ini memang benar, karena faktanya bangsa Arab sebelum Islam tidak pernah menuduh Muhammad menghujat Allah الله yang selama ini mereka sembah. Allah الله, atau Awloh, adalah Dewa Bulan menurut bukti-bukti arkeologis yang ditemukan. Kemudian Muhammad mencoba memakai hal ini untuk mencapai dua tujuan. Kepada orang Arab penyembah Dewa Bulan mengatakan bahwa ia Muhammad tetap ikut menyembah Dewa Bulan yang lama sementara kepada orang Yahudi dan Kristen saat itu ia mengatakan bahwa Allah الله, atau Awloh, adalah Yahweh/Tuhan mereka juga yang ada semenjak dari jaman Abraham, Yakub, dan Musa. Tetapi orang Yahudi dan Kristen masa itu mengetahui apa yang terjadi sebenarnya dan itu lah sebabnya mereka menolak anggapan bahwa Yahweh, atau Bapa dari Yesus adalah Allah الله, dan menganggap Allah الله adalah Allah Islam saja. Pendirian Yahudi dan Kristen ini yang membawa kepada pembantaian kaum Yahudi dan Kristen oleh Islam. Al-Kindi, salah seorang dari pembela Kristen, yang sejak awal menentang Islam, mengungkapkan bahwa Islam dan Allah الله – nya Islam bukan lah Tuhan yang sama dengan yang disebut di Alkitab tetapi adalah Dewa orang Sabia. Mereka tidak menyembah Tuhan yang ada di Alkitab melainkan Dewa Bulan dan anak-anaknya al-Uzza, al-Lat dan Manat. Dr. Newman menyimpulkan di dalam studinya bahwa debat awal antara Kristen dan Islam bermula dari pernyataan yang menyebutkan bahwa, “Islam membuktikan dirinya . . . sebagai sebuah agama yang terpisah dan berlawanan yang muncul dari ajaran penyembahan berhala.” Ahli Islam Caesar Farah menyimpulkan, “Kalau demikian tidak ada satu pun alasan untuk menerima ide bahwa Allah الله dialihkan dari Kristen dan Yahudi” Bangsa Arab telah menyembah Dewa Bulan sebagai Allah الله mereka yang paling agung. Tetapi tentu hal itu berarti mereka tidak tauhid, bukan monoteis yang dimaksudkan Alkitab. Walaupun Dewa Bulan adalah yang terbesar di antara semua dewa dewi, tetap saja hal itu menunjukkan suatu bentuk keagamaan yang lebih mirip Hindu. Kini tidak terhindarkan kalau kini kita sudah tahu bahwa sesungguhnya Awloh, Allah الله adalah suatu dewa berhala dari masa pra Islam. Tidak mengherankan bukan kalau lambang dari Islam adalah hilal/bulan sabit? Bahwa lambang hilal/bulan sabit ditemukan di setiap bendera bangsa Islam? Bahwa kaum Muslim berpuasa selama bulan yang dimulai dan diakhiri dengan pertanda munculnya hilal/bulan sabit di langit? Asal Muasal Nama Allah الله Lihat juga tulisan Apa Sebenarnya Arti kata lah’ dalam kata Allah الله Tidak ada kata yang terbentuk begitu saja. Semua ada permulaan bagaimana nama itu muncul. Beberapa orang mengatakan bahwa kata ” Allah الله ” berasal dari penggabungan kalimat Bahasa Arab, “al” dan “ilah”, الإله. al’ adalah kata imbuhan gelar seperti sang’, dan “ilah adalah kata Arab untuk kata dewa, atau sesembahan, atau “god” dalam Bahasa Inggris. Kita langsung paham a al-ilah bukanlah suatu nama pribadi tetapi suatu nama generik seperti kata Ibrani el’ atau kata Jawa gusti’ dan b bahwa Allah الله bukan lah kata asing dari luar Arab semisalkan kata itu telah diambil dari Taurat bahasa Yahudi tetapi murni milik orang Arab. Sehingga sebetulnya keliru kalau membandingkan “Allah الله “ dengan kata Yahudi El” atau kata Yunani Theos’ yang selama ini selalu diterjemahkan menjadi Allah dalam Bahasa Indonesia, oleh sebab ” Allah الله ” adalah murni istilah Arab dan memiliki makna khusus sebagai referensi bagi nama dari dewanya orang Arab. Buku Ensiklopedia Agama-agama mengatakan “Allah’ adalah nama dari semenjak jaman pra Islam . . . berkaitan dengan nama Babilon untuk Bel” ed. James Hastings, Edinburgh, T. & T. Clark, 1908, I326. Tentu saya paham, kalau hal ini sungguh sulit dipahami oleh orang-orang Muslim sehingga saya harus menampilkan sumbernya dan bukti-bukti arkeologis untuk menyimpulkan bukti-bukti tersebut bahwa hal itu benar. Walaupun data ini sangat me-nohok, kita harus tahu mana yang benar. Fakta adalah fakta, dan kecuali kita tidak mau berlogika, bertukar pikiran, dan berargumen sehat, dan melihat sendiri dengan mata kepala kita seluruh hal tersebut, maka kita tidak pernah mencoba tahu kebenaran. ” Allah الله disebutkan . . . di dalam aksara-aksara Arab yang ada sebelum Islam” Ensiklopedi Britannica, I643 “Bangsa-bangsa Arab, sebelum jaman Muhammad, telah menerima dan menyembah, dengan ritual tertentu, sebuah dewa besar yang disebut Allah الله ” Ensiklopedi Islam, eds. Houtsma, Arnold, Basset, Hartman; Leiden 1913, I302 ” Allah الله telah dikenal oleh bangsa Arab sebelum Islam, sebagai salah satu dari dewa-dewa Mekkah” Ensiklopedi Islam, ed. Gibb, I406 “Ilah . . . muncul di dalam sajak jaman pra Islam . . . Karena sering dipergunakan, maka kata al-ilah dipersingkat menjadi allah الله, dan ini menjadi bukti penting yang sering dituliskan di dalam sajak pra-Islam” Ensiklopedi Islam, eds. Lewis, Menage, Pellat, Schacht; Leiden 1971, III1093 “Nama Allah الله berasal semenjak dari jaman sebelum Muhammad” Ensiklopedi Mitos dan Legenda Dunia, “Fakta yang Dituliskan”, ed. Anthony Mercatante, New York, 1983, I41 Asal usul istilah ini Allah الله meluncur balik ke jaman sebelum Islam. Allah الله bukan lah istilah yang umum dipakai oleh orang Arab untuk menyebutkan suatu Dewa atau Tuhan, dan orang Muslim harus menggunakan istilah atau bentuk lain jika mereka ingin menggunakannya untuk dewa atau ilah lain selain daripada Allah الله mereka. Ensiklopedi Agama dan Etika, ed. James Hastings, Edinburgh T & T Clark, 1908, I326 Ahli sejarah Henry Smith dari Universitas Harvard menyatakan “Allah الله adalah sebuah nama yang familiar di bangsa Arab” Alkitab dan Islam atau, Pengaruh Perjanjian Lama dan Baru atas agama yang diciptakan Muhammad, New York Charles Scribner’s Sons, 1897, Dr. Kenneth Cragg, editor dari sebuah jurnal terkenal Muslim World dan seorang ahli Islamd dari barat, yang karya-karyanya diterbitkan oleh Universitas Oxford, memberikan pendapat Nama Allah الله juga ditemukan di bukti arkologis dan tulisan peninggalan Arab jaman pra Islam The Call of the Minaret, New York OUP, 1956, p. 31. Dr. W. Montgomery Watt, yang adalah Professor Ilmu Budaya Arab dan Islam di Universitas Edinburgh dan professor tamu Studi Islam di College de France, Universitas Georgetown, dan Universitas Toronto, telah melakukan kerja keras untuk memahami konsep Allah الله dari jaman pra Islam. Ia pun menyimpulkan “Di tahun-tahun terakhir usaha saya untuk memahami Islam, semakin yakin saya bahwa bagi seseorang untuk dapat memahami bagaimana Muhammad bisa naik menjadi Nabi dan bagaimana asal muasaI Islam kala itu, seseorang harus lah memahami fungsi dan keberadaan Mekkah dari suatu sistem kepercayaan setempat yang menempatkan Allah الله sebagai Sesembahan yang utama. Oleh sebab bentuk ini mirip dengan penyembahan berhala, tetapi juga sangat berlainan dengan penyembahan dewa yang pada umumnya karena Allah الله ini mendapatkan perlakuan khusus” Mekkah yang dibangun Muhammad, Juga lihat artikel ini, “Kepercayaan kepada suatu Dewa Utama di Jaman Mekkah pra Islam”, Journal of Scientific Semitic Studies, 1971, Caesar Farah di dalam bukunya tentang Islam menyimpulkan hasil diskusinya tentang masa pra Islam tentang arti dari Allah الله dengan mengatakan “Dengan demikian tidak lah terdapat satu pun alasan untuk dapat menerima anggapan bahwa Allah Islam, الله , adalah Allah yang dilanjutkan kepada Muslim dari Kristen atau pun Yahudi” Islam Kepercayaan dan Ibadah, New York Barrons, 1987, Menurut ahli Timur Tengah dimana terjemahan Al Quran-nya masih digunakan hingga saat ini, dalam masa pra Islam para pemuja Allah, juga pemuja Baal, keduanya adalah sama-sama agama penyembah benda langit dimana mereka melibatkan pemujaan terhadap Matahari, Bulan dan bintang-bintang Suatu Penelaahan Komprehensif atas Al Quran, Osnabrück Otto Zeller Verlag, 1973, p. 36. “Di Arabia kuno, Dewi Matahari dipandang sebagai dewi dan Bulan sebagai dewa. Sebagaimana telah ditunjukkan oleh banyak ahli seperti Alfred Guilluame, Dewa Bulan dinamai dengan berbagai macam nama, yang salah satunya adalah Allah الله Islam, p. 7 “Nama Allah الله digunakan sebagai nama pribadi dari Dewa Bulan, selain gelar-gelar lain yang diberikan kepadanya. ” Allah الله, Dewa Bulan, menikahi Dewi Matahari. Mereka berdua melahirkan tiga dewi yang disebut anak-anak Allah الله’. Ketiga dewi ini disebut Al-Lat, Al-Uzza, and Manat. “Puteri-puteri Allah الله, bersama dengan Allah الله dan Dewi Matahari dipandang sebagai dewa-dewa utama’. Dengan demikian, mereka dipandang sebagai dewa-dewa utama dari seluruh dewa yang ada di Arabia” Robert Morey, The Islamic Invasion, Eugene, Oregon, Harvest House Publishers, 1977, Ensiklopedi Mitologi dan Legenda Dunia mencatat “Selain Allah الله, mereka juga menyembah sejumlah dewa yang lebih kecil kedudukannya, dan “putri-putri Allah الله “ I61. Nyata dari fakta arkeologis bahwa bulan sabit adalah simbol dari pemujaan kepada Dewa Bulan, baik di Arabia maupun di seluruh Timur Tengah di jaman pra Islam. Para arkeolog telah mengekskavasi sejumlah patung dan tulisan hiroglip di mana lambang bulan sabit ditempatkan di atas kepala dari patung itu untuk melambangkan pemujaan kepada Dewa Bulan Allah الله . Sangat menarik diperhatikan, bahwa sementara Bulan disembah sebagai Dewi atau dewa perempuan di Timur Dekat Asia Barat – ed. Kuno, namun bangsa Arab menganggapnya sebagai dewa laki-laki. Di Mesopotamia, dewa bangsa Sumeria Nanna, dinamai Sin oleh bangsa Akkadia, disembah terutama di daerah Ur, dimana ia adalah dewa utama kota itu, dan juga di kota Harran di Syria yang memiliki kedekatan keagamawian dengan Ur. Tulisan-tulisan kaum Ugarit menunjukkan bahwa ada suatu dewa bulan yang disebut Yrh. Dalam suatu monument di Ugarit, dewa tersebut dilambangkan dengan bulan sabit. Di kota Hazor di Palestina, sebuah tempat sembahyang orang Kanaan dari jaman Perunggu akhir diketemukan beserta ukiran batu yang memperlihatkan dua tangan terangkat seolah berdoa kepada bulan sabit, suatu indikasi bahwa tempat tersebut adalah tempat suci bagi Dewa Bulan. Penyembahan benda-benda langit, bukan kepada Yahweh, selalu menjadi cobaan yang selalu dihadapi oleh bangsa Israel Ulangan 419; Yeremia 718; Amsal 526; Kisah 743. Tetapi Yahweh lah yang berada di tahta langit Ayub 2212. “Suku Quraish, suku dimana Muhammad lahir, adalah suku yang setia kepada Dewa Bulan Allah الله, dan khususnya kepada ketiga putri Allah الله yang mereka anggap sebagai perantara doa antara mereka dan Allah الله . Pemujaan kepada ketiga dewi Allah الله , Al-Lat, Al-Uzza, and Manat, memainkan peran yang penting pada upacara di Kabah Mekkah. Dua putri pertama Allah الله memiliki nama feminim dari kata Allah الله. Arti harafiah dari nama Arab dari ayah Muhammad adalah Abdi Allah, sementara pamannya bernama Ubaidullah. Nama-nama ini menunjukkan ketaatan dan pemujaan keluarga besar Muhammad terhadap Allah الله , yang adalah Dewa Bulan” Morey, Sejarah membuktikan dengan tepat bahwa sebelum Islam ada, kaum Sabian di Arabia menyembah Dewa Bulan Allah الله yang menikah dengan Dewi Matahari. Telah kita pelajari juga, merupakan suatu hal yang umum pada masa itu untuk menggunakan kata imbuhan Allah الله untuk nama orang di jaman Muhammad. Bahwa Allah الله adalah nama dewa pada masa sebelum Islam merupakan hal yang tidak terbantahkan. Pertanyaan bagi diri kita sendiri mengapa Tuhannya Muhammad dinamai dengan nama dari nama seorang dewa dari sukunya sendiri? Fakta yang tidak terbantahkan juga adalah ada patung dewa Allah الله bersama-sama dengan banyak patung dewa jaman itu ditaruh di dalam Kabah, karena memang Kabah memang lah kuil tempat patung dewa-dewa itu ditempatkan. Sangat tidak mengherankan kalau cara mereka berdoa adalah menghadap kepada dewa-dewa mereka . Dan karena dewa mereka adalah Dewa Bulan Allah الله ada di Mekkah, tidak lah heran kalau mereka berdoa menghadap Mekkah. Seperti kita telah amati, dan dipahami di antara para ahli sejarah agama Timur Tengah, penyembahan terhadap Dewa Bulan tidak hanya terbatas berupa penyembahan terhadap Allah الله di Arabia. Di seluruh daerah Hilal Subur, Mesopotamia, mereka menyembah bulan. Sangat tepat, dan oleh karenanya kita memahami kini, kesuksesan Islam meraih pengikut pada masa itu adalah karena mereka sama-sama menggunakan Allah الله sebagai figur yang mereka sembah. Kita juga dapat mengerti sekarang mengapa simbol dari Islam adalah hilal, atau bulan sabit, ditaruh di atas menara dan tiang masjid, sebuah kebiasaan yang sudah ada saat Allah الله sebagai Dewa Bulan disembah di Mekkah. Kebanyakan kaum Muslim yang terpelajar memahami betul akan hal ini – jangan berharap dengan Islam bumi datar seperti Indonesia. Lebih sedikit lagi orang Kristen yang memahaminya. Robert Morey pernah berdiskusi dengan salah satu dari mereka dan berkata “Dalam suatu perjalanan ke Washington DC saya mengobrol dengan seorang supir taksi Muslim yang berasal dari Iran. Ketika saya tanyakan, “’Dari mana Islam dapat simbol bulan sabit?’ dan ia pun menyahut bahwa simbol sabit itu adalah simbol dewa bulan yang digunakan di seluruh Timur Tengah. Dan ketika saya jelaskan ke dia bahwa kata Allah الله sendiri adalah nama yang dipakai oleh kaum Arab kuno untuk menyebut dewa bulannya ia pun setuju. Ketika saya kemudian menjelaskan kalau agama dan Al Quran yang digunakan Muhammad bisa dijelaskan dari sudut budaya, kebiasaan dan agama jaman pra Islam, ia pun setuju! Ia pun kemudian menjelaskan kalau dirinya adalah seorang Muslim dengan latar pendidikan universitas dan pada saat kini ia mencoba memahami hal yang sama tentang Allah الله. Dan Islam Hasilnya adalah ia hilang kepercayaan atas Islam. Sumber-sumber sejarah pra Islam yang menjadi sumber nama Allah الله tidak bisa dianggap sepele.” Yang sebetulnya juga menjadi hal yang sangat menarik dan menjadi pengamatan saya adalah evolusi Islam dan Gereja Roma Katolik, keduanya sama-sama menyerap penyembahan-penyembahan dewa sebelumnya guna mendapatkan pengikut. Muhammad tidak sendiri dalam melakukan copy paste dari agama sebelumnya. Gereja Katolik juga melakukan hal ini. Bahkan penggunaan nama Kristus sendiri juga mengadopsi hal yang sama. Dan karena hal ini juga, penulis telah menolak penggunaan nama Kristus atau Yesus dan kembali ke ajaran awal Alkitab, Yahweh-Elohim, Yahushua, Hamasiah, atau Al-masih. Satu hal yang menjadi semakin jelas di dalam penelusuran dan pendalaman saya dalam mempelajari berbagai agama adalah satu hal ini semua agama utama dunia memiliki konsep yang berbeda tentang konsep keilahian. Yahweh, Allah الله, Wisnu, dan Buddha sama sekali tidak sama satu sama lain. Dengan kata lain, semua agama tidak hanya menyembah Tuhan yang berbeda-beda, bukan namanya saja yang beda. Oleh karena itu pemakaian kata Allah God dalam bahasa Inggris menjadi sangat tidak cukup untuk menjelaskan keilahian yang dimaksud sehingga harus menggunakan nama-nama mereka agar memahami apa dan siapa Tuhan masing-masing yang mereka sembah. Kalau kita mengabaikan perbedaan-perbedaan yang membedakan satu agama dengan agama yang lain maka kita akan dapati kita menghina salah satu agama tersebut. Dengan kata lain, Yahweh, Tuhan yang disebutkan di Alkitab Perjanjian Lama, bukan lah Allah الله yang disebutkan di Al Quran, dan juga bukan Wisnu, Dewa dari orang Hindu, dan juga bukan Sesembahan Sang Hyang dari orang Buddha, dan seterusnya. Sebagaimana akan dijelaskan lebih lanjut di bagian berikut ini, ada beberapa hal dasar yang membedakan antara Yahweh dan Allah الله dilihat dari atribut, sudut teologis, nilai moral, etika, dari arti keselamatan, maksud penghakiman akhir, pencucian dosa di neraka, dan aspek-aspek lainnya. Intinya, Yahweh dan Allah الله merupakan hal yang sangat bertolak belakang. Jadi ketika kita paham betul sifat Yahweh dan pewahyuan yang diberikan oleh Yahushua atau Yesus menurut terjemahan bahasa Yunani kita akan melihat bahwa perbedaan antara Alkitab dan Al Quran sangat lah besar. Berikut adalah artikel-artikel lebih jauh yang memberikan bukti tentang asal muasal dewa yang kemudian diadopsi Islam menjadi Allah الله . Bukti Arkeologis Dewa Bulan Kaum Muslim menyembah sosok ilah yang disebut Allah الله dan menganggap Allah الله merupakan Tuhan yang sama yang disembah Ibrahim, Ishmael, Yaqub, dan Musa yang disebut-sebut di dalam Alkitab. Ahmed Deedat, seorang pembela Muslim terkenal, berargumen kalau Allah الله adalah nama yang Alkitabiah oleh karena ada istilah “Allelujah” di dalam Alkitab yang ia kemudian dipelintir menjadi “Allah-lujah” Siapakah Nama-Nya?, Durban, SA IPCI, 1990, Hal ini malah menunjukkan kalau Ahmed Deedat tidak memahami bahasa Ibrani, karena dari haleluyah’ kata yah dibelakang diambil dari kata Yahweh, dan halelu, atau allelu, artinya adalah terpujilah sehingga arti harafiahnya adalah terpujilah Yahweh! Sama kelirunya argumennya tentang pendiriannya bahwa kata Allah الله bukan lah nama dewa. “Allah الله adalah nama dari satu-satunya Tuhan . . . kita tidak bisa mengatakan Allah الله itu dewi”, demikian ucap Deedat. Yang dia tidak katakan kepada pembaca bukunya adalah bahwa nama salah satu putri Allah الله adalah “Al-Lat”, bentuk feminim dari kata Allah الله ! Hal yang menjadi topik utama sangat penting bagi Muslim adalah kontinuitas dari Yahudi Taurat, ke Kristen Alkitab, lalu ke Islam Al Quran karena hal itu sangat penting guna me-mualaf-kan Yahudi dan Kristen agar mereka masuk Islam. Jika Allah الله adalah Yahweh yang ditulis di dalam Alkitab, maka akan sangat memudahkan untuk menunjukkan bahwa Allah الله adalah sesuai dengan Taurat dan Alkitab. Tetapi jika Allah الله adalah nama dari sesosok Dewa di jaman pra Islam, maka anggapan bahwa Yahweh dan Allah الله adalah sama dapat dipatahkan. Klaim agama kadang mengecewakan ketika sebuah hasil atau bukti ilmiah, bukti arkeologis kedapatan menentang klaim agama itu. Dan memang, ketimbang mengatakan mungkin ini mungkin itu yang terjadi dulu di masa lalu, memang lebih baik kita mengatami apa saja yang dikatakan bukti-bukti itu. Sebagaimana bukti arkeologis menunjukkan, bukti tersebut menunjukkan bahwa Allah الله adalah sebuah dewa berhala. Allah الله adalah Dewa Bulan yang menikah dengan Dewi Matahari dan bintang-bintang adalah anak-anak mereka. Para arkeolog telah menemukan banyak kuil yang diperuntukkan untuk dewa bulan di seluruh Timur Tengah. Dari pegunungan Turki hingga ke tepi sungai Nil, agama yang paling marak di dunia kuno adalah penyembahan terhadap Dewa Bulan. Penyembahan terhadap Dewa Bulan bahkan telah marak semenjak jaman Abraham hidup, bahkan sebelum Yahweh menunjukkan diri-Nya kepada Abraham dan akhirnya memerintahkan Abraham untuk meninggalkan tanah Ur-Kasdim dan pergi menuju Kanaan. Amati juga gambar Hilal/bulan sabit dari jaman pra Islam dan pahatan Bintang dari dinding Anatoli yang diambil dari Karum. Gambar hilal dan bintang dari jaman pra Islam berada dalam satu lokasi Mesir Gambar Hilal/bulan dan pahatan Bintang dari jaman pra Islam dari dinding Anatoli Bangsa Sumer, peradaban pertama yang bisa baca tulis, meninggalkan ribuan keping tanah liat yang menjelaskan kepercayaan mereka. Seperti ditunjukkan oleh Sjöberg dan Hall, bangsa kuno Sumer menyembah sesosok dewa bulan yang disebut dalam beberapa nama. Nama yang paling populer di masa itu Nanna, Suen, dan Asimbabbar Mark Hall, Sebuah Studi tentang Dewa Bulan bangsa Sumer, Sin, PhD., 1985, Universitas Pennsylvania. Lambangnya adalah bulan sabit/hilal, dan jelas bahwa lambang ini mendominasi kebudayaan Sumer. Penyembahan atas dewa bulan merupakan agama utama di seluruh Mesopotamia kuno. Bangsa Asyria, Babylon, dan Akkadia mengambil kata Suen dan mengubahnya menjadi Sin sebagai nama yang mereka sukai bagi dewa ini Austin Potts, Kumandang dan Doa bagi Dewa Bulan, Sin, PhD., 1971, Dropsie College, Sebagaimana Professor Potts telah jelaskan, “Sin adalah nama yang aslinya diambil dari bahasa Sumer, kemudian diadopsi menjadi bahasa kaum Semit ” Lambang Hilal dan Lambang Bintang sebelum dan setelah Islam, dari dinding arkeolog Anatoli kiri, Islam tengah, Dewi Bulan Persia kuno kanan. Di Syria dan Kanna kuno, Dewa Bulan Sin biasanya dilambangkan dengan lambang bulan sabit muda hilal. Seringkali juga dilambangkan bulatan bulan penuh ditaruh di dalam hilal/bulan sabit untuk menegaskan keseluruhan fase bulan. Dewi Matahari sebagai istri dari Sin, dan bintang-bintang adalah putri-putri mereka. Sebagai contoh, Ishtar adalah putri dari Sin Ibid., Relief Dewa Bulan dari Kerajaan Babylon Persembahan bagi Dewa Bulan dijelaskan relief Ras Samra yang ditemukan di Syria utara. Dalam tulisan Ugarit, dewa bulan seringkali disebut Kusuh. Di Persia dan juga di Mesir, dewa bulan digambarkan di dinding relief dan di atas gambar patung. Ia juga adalah hakim dari manusia dan dewa. Di seluruh dunia kuno ini simbol hilal/bulan sabit ditemukan di segel dokumen, peralatan sembahyang, gerabah, jimat, keping tanah liat, gulungan, besi, anting, gelang, tulisan dinding, dan sebagainya. Di daerah Tell-el-Obeid, sebuah sapi dari tembaga ditemukan dengan lambang hilal di dahinya, dan patung itu disembah oleh bangsa Israel di padang Sinai. Sementara Musa berada di puncak gunung menerima Sepuluh Perintah dari Yahweh mereka hanyut dalam penyembahan terhadap dewa bulan Sin! Patung berhala itu ditemukan dalam bentuk badan sapi berkepala manusia dengan dahinya berlambang hilal pada kopiah yang menutupi kepalanya. Di daerah Ur, pada sebuah relief Ur-Nammu terdapat lambang hilal/bulan sabit pada salah satu dari dewa yang ada, karena dewa itu adalah dewa terbesar dari semua dewa, yang adalah Dewa Bulan. Bahkan roti pun dipanggang dengan bentuk hilal sebagai tindakan penghormatan kepada Dewa Bulan Ibid, Bangsa Ur-Kasdim sangat mendedikasikan diri mereka kepada Dewa Bulan yang disebut waktu itu Nannar ditulis pada papan tanah liat yang ditemukan dari masa itu. Sebuah kuil dewa bulan diekskavasi di daerah Ur oleh Sir Leonard Woolley. Ia menggali banyak bukti dari penyembahan dewa bulan dan kini dipajang di Museum Inggris. Bangsa Harran juga dicatat memiliki dedikasi yang sama kepada Dewa Bulan. Dua patung dewa bulan Pada tahun 1950an sebuah kuil penyembahan terhadap dewa bulan diketemukan daerah Hazor di Palestina. Dua patung berhala Dewa Bulan ditemukan. Masing-masing digambarkan sebagai manusia yang duduk di atas tahta dengan lambang hilal/bulan sabit ditatah pada dadanya. Keping tanah liat yang ditemukan bersamaan menunjukkan dengan jelas kalau patung itu adalah dewa bulan. Keping tanah liat lainnya menunjukkan tangan-tangan yang terjulur kepada Dewa Bulan yang dilambangkan dengan bulan penuh yang ditaruh di dalam hilal. Beberapa patung yang lebih kecil juga ditemukan dan teridentifikasi sebagai putri-putri Dewa Bulan. Tangan terjulur menyembah Dewa Bulan Keping-keping tanah liat yang ditemukan di Palestina Bagaimana dengan Arabia? Seperti telah diterangkan Professor Coon, ““Kaum Muslim dikenal sangat membenci anggapan bahwa mereka berupaya untuk meneruskan tradisi-tradisi penyembahan Dewa Bulan dan ingin mengganti sejarah pra-Islam mereka dan berusaha memputar-balikkan bukti sejarah yang ada.” Carleton S. Coon, Southern Arabia, Washington DC, Smithsonian, 1944, Pada abad 19, Arnaud, Halevy, dan Glaser pergi ke bagian selatan Arabia dan menemukan ribuan tulisan bangsa Sabian, Meinea, dan Qarabia yang kemudian diterjemahkan. Di tahun 1940an, arkeolog G. Caton Thompson dan Carleton S. Coon membuat penemuan yang menggemparkan di Arabia. Selama tahun 1950an, Wendell Phillips, Richard Bower, dan rekannya mengeksvakuasi situs Qataban, Timna, dan Marib kota kuno dari Sheba. Ribuan dari tulisan dinding dan batu dari Arabia utara telah dikumpulkan. Relief dan cawan upacara yang digunakan untuk memuja “putri Allah الله “ juga telah diketemukan. Tiga putri Allah الله , Al-Lat, Al-Uzza, dan Manat sering kali digambarkan bersama dengan Dewa Bulan Allah الله dilambangkan dengan hilal/bulan sabit di atas mereka temuan arkeologis di Arabia Utara tentang Al-Lat dijelaskan di dalam buku dari Isaac Rabinowitz, tulisan-tulisan Aram dari Abad Kelima, JNES, XV, 1956, Catatan Aram Lainnya dari dewi Arabia Utara Han’Llat, JNES, XVIII, 1959, Edward Linski, Dewi Atirat dari Arabia Kuno, Babylon dan Ugarit Hubungan antara Dewa Bulan dan Dewi Matahari, Orientalia Lovaniensia Periodica, 3101-9; Gambar dan Karakter dari Dewi Allat, dalam buku Études Preliminaries Aux Religions Orientales Dans L’Empire Roman, ed. Maarten J. Verseren, Leiden, Brill, 1978, Bukti arkelogis menunjukkan bahwa agama utama di Arabia adalah penyembahan atas dewa bulan. Perjanjian Lama dalam Alkitab secara terus terang melarang penyembahan atas dewa bulan Ulangan 419; 173; II Raja-raja 213,5; 235; Yeremia 82; 1913; Zefanya 15. Ketika Israel jatuh ke dalam penyembahan berhala, umumnya bentuknya adalah penyembahan atas dewa bulan. Di dalam masa Perjanjian Lama, Nabonidus/Nabu-Na’id 555-539 BC, raja terakhir Babylon, membangun Tayma, Arabia, sebagai pusat dari penyembahan dewa bulan. Segall menegaskan “Agama pemujaan benda langit di kawasan Arabia Selatan didominasi oleh Dewa Bulan dengan semua variasi namanya ” Berta Segall, Ilmu Ikon Raja-raja menurut Bintang, Buletin Seni, 1956, p. 77. Banyak ahli mengenal nama dari dewa bulan Sin, menjadi kata Arab untuk “Sinai”, padang gurun Sinai, dan sebagainya. Ketika popularitas dewa bulan mulai menurun dimana-mana, bangsa Arab tetap teguh pada pendirian mereka bahwa dewa bulan adalah dewa yang terutama dari semua dewa. Sementara mereka menyembah 360 dewa di Kabah Mekkah, Dewa Bulan adalah dewa kepala, dewa utama. Mekkah pada dasarnya dibangun sebagai kuil dewa bulan. Hal ini lah yang membuat Kabah menjadi situs paling keramat di dunia Arab. Gambar temuan di Hureidah Tahun 1944, G. Caton Thompson menulis di bukunya, Makam dan Kuil Bulan Hureidah, bahwa ia menemukan kuil tersebut di Arabia selatan. Lambang bulan sabit tidak kurang dari 21 buah dengan nama Sin ditemukan di kuil tersebut. Sebuah patung yang kemungkinan dewa bulan itu sendiri juga diketemukan, yang kemudian dikonfirmasi oleh arkeolog lain lihat Richard Le Baron Bower Jr. dan Frank P. Albright, Penemuan Arkeologis di Arabia Selatan, Baltimore, Penerbit Universitas John Hopkins, 1958, Ray Cleveland, Kumpulan Makam Arabia Selatan kuno, Baltimore, Penerbit Universitas John Hopkins, 1965; Nelson Gleuck, Deities and Dolphins, New York, Farrar, Strauss and Giroux, 1965. Penemuan ini menunjukkan penyembahan kepada dewa bulan aktif terjadi di era awal Kekristenan terbentuk. Bukti terkumpul dari Arabia Utara dan Selatan menunjukkan penyembahan dewa bulan juga aktif dilakukan di masa Muhammad masih hidup, dan merupakan penyembahan yang dominan. Menurut berbagai tulisan kuno, sementara nama dewa bulan adalah Sin, gelarnya adalah al-ilah, “dewa agung” yang berarti ia adalah dewa yang utama di antara para dewa berhala masa itu. Sebagaimana ditunjukkan Coon, ” Dewa Il, atau al-Ilah adalah suatu fasa dari Dewa Bulan hilal – red ” Coon, Arabia Selatan, Dewa Bulan ini disebut al-ilah, آلهة , dewa agung, Ilah yang kemudian disingkat menjadi Allah الله pada masa pra Islam. Arab jaman pra Islam bahkan menggunakan kata Allah الله ketika memberi nama anak mereka. Sebagai contoh, seperti telah dijelaskan di awal-awal, nama ayah Muhammad dan pamannya. Kenyataan bahwa mereka diberi nama demikian membuktikan bahwa Allah الله adalah gelar atau jabatan dari dewa bulan yang ada di masa Muhammad hidup. Professor Coon menjelaskan, “Dengan cara yang sama, di bawah pengajaran Muhammad, kata yang umum ilah’ menjadi kata khusus Allah الله , Tuhan, Yang Maha Ada” Ibid.. Fakta ini menjawab pertanyaan “Mengapa Allah الله tidak pernah menjelaskan siapa dirinya di Al Quran?” dan “Mengapa Muhammad menganggap orang-orang masa itu telah tahu siapa itu Allah الله ?” Muhammad dibesarkan dalam agama yang menyembah Dewa Bulan Allah الله . Tetapi ia mengambil satu langkah lagi dari rekan-rekan Arab masa jahiliyah itu. Sementara mereka menganggap bahwa Allah الله adalah Dewa Bulan dan sebagai dewa paling besar dari sekumpulan dewa, Muhammad memutuskan bahwa Allah الله bukan saja yang terbesar melainkan hanya satu-satunya. Sejatinya Muhammad berkata, “Lihat, kalian sudah percaya kalau Dewa Bulan itu Allah الله , yang terbesar dari semuanya. Saya tidak mengambil Allah الله dari yang kalian sudah sembah. Saya hanya membuang istrinya dan anak-anaknya serta semua dewa yang lainnya.” Hal ini terlihat dari rukun iman yang pertama dari Islam, bukan “Allah الله itu besar”, tetapi “Allah الله itu yang terbesar” – ia terbesar dari banyak dewa yang ada. Mengapa Muhammad mengatakan kalau Allah الله itu adalah yang terbesar di suatu komunitas yang menyembah banyak dewa? Kata Allah الله itu digunakan untuk membedakan dewa yang paling utama dibanding dewa-dewa yang lain. Mengapa bisa disimpulkan demikian? Karena tidak ada penolakan dari kaum Arab masa itu terhadap Muhammad bahwa yang diajarkannya berbeda dengan Allah الله yang biasa mereka sembah. Jadi, Allah الله adalah Dewa Bulan itu sendiri sesuai dengan bukti-bukti arkeologis. Muhammad berusaha melakukannya untuk dua tujuan. Kepada kaum penyembah berhala ia berkata bahwa ia juga menyembah Dewa Bulan Allah الله ; sementara kepada orang Yahudi dan Kristen dia berkata bahwa Allah الله itu sama dengan Yahweh yang disembah Abraham Iskak dan Yaqub. Tetapi dengan pembunuhan para Yahudi dan Kristen yang dilakukan Muhammad, kita tahu kalau mereka menolak bahwa Allah الله bukanlah Tuhan mereka. Al-Kindi, salah seorang pembela Kristen yang menentang Islam, menunjukkan bahwa Islam dan Allah الله – nya tidak lah berasal dari Alkitab yang sama, melainkan berasal dari kebudayaan berhala bangsa Sabian. Mereka tidak menyembah Tuhan dalam Alkitab tetapi Dewa Bulan, dan putri-putrinya al-Uzza, al-Lat, dan Manat Tiga Debat Awal Kristen Islam, di edit oleh Hatfield, PA, IBRI, 1994, 413, 426. Dr. Newman menyimpulkan dalam studinya tentang debat-debat yang terjadi antara Kristen dan Muslim itu dengan menyatakan, ” Islam membuktikan dirinya . . . sebuah agama yang lain, yang berlawanan dengan Yahudi dan Kristen, berasal dari penyembahan berhala ” Ibid., Ahli agama Islam Caesar Farah menyimpulkan, “”Oleh karena itu tidak ada alasan untuk menerima ide bahwa Allah الله diteruskan ke Muslim dari Kristen dan Yahudi” Caesar Farah, Islam Kepercayaan dan Istiadat, New York, Barrons, 1987, Bangsa Arab menyembah dewa bulan sebagai dewa yang agung. Tetapi bukan berarti itu adalah suatu hal yang monoteis. Sementara Dewa Bulan adalah yang terbesar dari semua dewa dewi yang ada, tetap sistemnya adalah penyembahan dengan banyak dewa. Kini setelah kita memiliki fakta bukti cukup dari Dewa Bulan, maka tidak terelakkan fakta bahwa Allah الله adalah dewa berhala dari jaman pra Islam. Tidak terpikirkan pembaca mengapa lambang Islam itu adalah hilal/bulan sabit? Dan mengapa hilal/bulan sabit itu dipasang di atas menara dan kubah masjid? Bukan kah lambang hilal yang sama terdapat pada bendera negara-negara? Dan bahwa kaum Muslim berpuasa pada sebuah bulan yang dimulai dan diakhiri dengan penampakan bulan sabit muda di langit? Kesimpulan Bangsa Arab sebelum Islam menyembah Dewa Bulan yang disebut Allah الله , dengan cara berdoa menghadap Mekkah beberapa kali sehari, dan melakukan ziarah ke Mekkah, mencium batu hitam, menyembelih binatang untuk dipersembahkan kepada Dewa Bulan; melempar batu kepada iblis; berpuasa sebulan penuh dimulai dan diakhiri dengan hilal di langit; memberi zakat, dan lain sebagainya. Menarik bahwa semua hal itu dilakukan oleh kaum Muslim hingga saat ini. Ada empat hal yang menarik yang mirip dengan Islam di sini a Akhenaten, firaun Mesir, membuat Dewa Matahari sebagai satu-satunya dewa bagi bangsa Mesir, sementara b Muhammad membuat Dewa Bulan Allah الله menjadi satu-satunya ilah bagi bangsa Arab. Tidak satu pun dari kedua dewa itu merupakan Yahweh yang disebut dari Alkitab, kedua dewa itu diambil dari agama-agama politeis. Dan pararel yang ketiga c Walaupun secara teknis monoteis, kenyataannya Akhenaten menjadi dewa juga bagi dirinya, demikian juga Muhammad membuat dirinya memiliki atribut semacam dewa’ seperti membuat namanya sejajar dengan Allah الله di masjid-masjid akan terlihat nama Muhammad dan Allah الله selalu ditaruh berdampingan atau terdapat dalam satu kaligrafi yang sama. Terakhir, d Akhenaten menggunakan simbol bagi dewanya berupa Salib Ank, yang pada dasarnya terdiri dari dua benda yaitu bulatan yang melambangkan matahari di atas huruf T tau, sementara Muhammad melestarikan simbol hilal/bulan sabit untuk Dewa Bulan Allah الله . Simbol Salib Ankh dari Mesir Apakah kesimpulan ini mengada-ada atau menyimpang jauh? Dengan bukti dan saksi ahli sebanyak itu tentang Dewa Bulan Allah الله apakah ini hanyalah akal-akalan para ahli barat untuk menghina Islam? Atau apa yang menjadi patokan anda tentang kebenaran, Al Quran saja? Tidak kah anda harus berani jujur untuk mengakui bahwa selama ini anda salah dan mengakui bahwa Tuhan yang benar ada di luar Islam? Tujuan saya menuliskan artikel ini hanyalah untuk menguji akar dari Islam dan untuk melihat apakah versi resmi’-nya dapat dipercaya. Semoga Yahweh, Tuhan dari Abraham, Iskak, dan Yakub, dan dari semua para nabi yang ditulis di dalam Alkitab, yang namanya menjadi Nama yang di dalam-Nya ada kuasa pengampunan, yaitu Yesus Kristus Yashua Al Masih Tuhan kita, memberkati dan memberikan engkau tuntunan menuju kebenaran. Anggapan Muslim bahwa Allah الله adalah Yahweh yang disebut-sebut di dalam Alkitab dan bahwa Islam tumbuh dari agama para nabi dan rasul telah dibantah secara mutlak oleh bukti arkeologis yang sangat banyak jumlahnya. Islam tidak lain dan tidak bukan adalah sebuah agama yang merupakan reinkarnasi dari penyembahan Dewa Bulan di masa kuno. Islam menggunakan simbol yang sama, ritual yang sama, upacara yang sama, dan bahwa nama nya pun sama Allah الله yang adalah juga nama Dewa Bulan. Dengan demikian, ajaran ini haruslah ditolak oleh mereka yang mengikuti ajaran Taurat dan Injil. Bangsa Israel kuno, keagamaannya di dasari atas pewahyuan; Perjanjian Lama mengatakan Tuhan menampakkan diri di berbagai tempat dan berbicara kepada para nabi, lalu mereka mendirikan altar dari batu yang utuh tidak dibelah, yang disebut Beth-el, atau rumah Tuhan. Pikiran manusia yang suka kemewahan, keindahan, mulai membuat bentuk yang aneh-aneh dari debu, dari kayu, dan mendandaninya sesuai dengan kesukaan mereka, sambil berpikir bahwa Tuhan bersedia tinggal di dalam batu-batu seperti itu. Semuanya itu berubah menjadi Beth-aven, atau rumah kesia-siaan. Beth-el banyak didapati di daerah orang Kasdim, Asia, Mesir, Afrika, Yunani, di bagian-bagian dalam Eropa, di antara kaum Druid, bangsa Galia, dan bangsa Celto-Skit, dan di Amerika Utara dan Amerika Latin. Dalam bahasa Ibrani, batu yang jatuh dari langit disebut Bethel “Rumah Tuhan” – literal Ibrani. Setelah bermimpi melihat tangga yang menuju ke surga, Yakub menamai batu tempat ia tertidur sebagai batu Bethel Kejadian 2810-22. Bangsa-bangsa penyembah berhala kemudian meniru Bethel yang dibuat oleh Yakub dan menyucikannya dengan minyak dan darah, dan menjadikan mereka dewa-dewa, dan menamainya batu betil/Betyles betylus, baetyl, betyles. Sebuah batu antik kuno, entah terjadi alami atau dibentuk dengan memakai alat, disembah karena dianggap mulia, atau simbol dari suatu keilahian. Ada juga beberapa batu seperti ini di Yunani, yang paling terkenal seperti batu omfalos yang terdapat di Delphi. Demikian juga batu-batu lain yang berbentuk demikian atau dianggap jelmaan dewa. “Strabo, Pliny, Helancius Hellanicus atau Beth-al-Jupiter, Sibel, Venus, Mithras. Kebanyakan batu Betyles yang alami berbentuk batu hitam meteor atau batu yang menghitam karena jatuh dari langit dan dianggap oleh kaum Sabeis sebagai titisan dewa. Meteorit ini dinamai Cabiri dan Pelasgi — adalah batu yang banyak disembah para kaum pengembara” Jejak Ular, Pencarian dari Dalam, Boswell Publishing Co., Limited, London 1936 p. 10. Penyembahan batu meteor marak di masa kebudayaan Romawi-Yunani. Menurut ahli sejarah keagamaan Mircea Eliade, Kuil Artemis Diana di Efesus memiliki patung Dewi dalam bentuk wanita yang sedang duduk, dipahat dari batu meteor utuh yang dipercaya jatuh dari Jupiter Kisah 1926-35. Batu Palladium Troy dan batu hitam ikonik atau dikenal sebagai batu betil Baetyl dari Elagabal, Emesa, Syria, dipercaya berasal dari batu meteor yang jatuh ke bumi. Demikian juga, Dewi Ibu Sibel yang disembah bangsa Phrygian di Pessinus yang kemudian dikenal sebagai Roma adalah sebuah batu, sebuah meteorit. Contoh lain ada batu meteor Pessinunt di daerah Phrygia, disembah sebagai “lubang dari Sibel,” dibawa ke Roma dalam sebuah upacara megah setelah perang Punic atas saran dari imam-imam kaum Delphi; di sana batu meteorit itu disembah sebagai dewi kesuburan selama 500 tahun. Batu Hitam Hajar Aswad Kabah berasal dari Batu Meteor Lihat tulisan Kabah di dalam Islam “Dari semua bentuk pemujaan batu yang paling terkenal dari Arabia adalah tentu saja batu hitam yang ditempatkan di Kabah di Mekkah. Kabah dari dulu dan hingga kini berbentuk kotak persegi empat. Salah satu sudut dari batu hitam itu ada sebuah batu yang disembah, diciumi, dihormati, selama berabad-abad sebelum Muhammad menganggap Kabah sebagai bangunan suci Islam, dan membuat ziarah Haji menjadi salah satu dari rukun Islam” Kisah Muhammad dan Kepercayaannya, Tor Andrae, 1936, diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Theophil Menzel, 1960, p. 13-30; Britannica, Agama-agama Arabia, p. 1059, 1979. “Hajar al Aswad” pada Kabah adalah bentuk paling terkenal dari penyembahan batu meteor jaman modern ini. Walaupun terdapat larangan untuk mengatakan bahwa sebetulnya batu itu disembah sebagai jimat atau sebangsanya, tetapi menurut Nabi Muhammad sendiri batu itu adalah “Yamin Allah” tangan kanan Allah الله , dianggap sebagai batu suci atau batu Bethel yang sudah ada semenjak sebelum penciptaan dimulai, yang jatuh ke kaki Adam dan Hawa. Saat ini batu itu terletak di sudut sebelah selatan dari Kabah. Kaum Muslim kini memegang dan mencium batu tersebut selama prosesi Haji. Terakhir sebagai penutup, bila kebetulan salah satu pembaca adalah seorang Muslim yang membaca blog ini dan kaget, kecewa, dan merasa tertipu, ini adalah saatnya anda berdoa. Cobalah tahajud kepada Tuhan yang benar karena ketika anda membaca blog ini, itu bukan suatu kebetulan atau tersasar. Tuhan mau anda tahu bahwa anda tersesat dan tertipu. Katakan dalam bahasa yang anda mengerti, katakan seperti ketika anda berbicara kepada hatimu sendiri, dan katakan “Jika Allah الله bukan lah tuhan yang benar tetapi Yesus yang disembah orang Kristen itu yang benar, tunjukkanlah diriMu.” Tuhan Yesus yang hidup akan menjawab siapa yang mencariNya Matius 77-8. Sumber lengkap
dewa siwa menurut islam